Media resmi DPC GMNI MAMUJU sebagai penyaluran gagasan, kritik, dan propaganda. Juga sebagai wadah konsolidasi Ideologi Marhaenisme untuk membangun kesadaran ideologis dan kesadaran historis massa aksi agar yang tidak murni terbakar mati.
Friday, September 7, 2018
KRISIS KEPERCAYAAN SEBAGAI NEGARA BANGSA
(Sebuah narasi dari BUNG BAYU Sekretaris DPC GMNI Mamuju)
Ketika bangsa Indonesia yang kini memasuki usia ke 73 tahun, negara ini masih dirundung dengan masalah-masalah kenegaraan yang belum sepenuhnya terselesaikan, termasuk kondisi karakter bangsa yang akhir-akhir ini mengalami pergeseran. Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan baik. Hal itu tercermin dari kesenjangan sosial , ekonomi maupun politik yang begitu kentara, ketidakadilan hukum, kekerasan sesama anak bangsa, pergaulan bebas, pornografi di kalangan remaja, kerusuhan, kerusakan lingkungan, ketidak saling percayaan, bahkan yg lebih parah adalah penyebaran Isu SARA dan KORUPSI yang merambah pada semua sektor kehidupan bermasyarakat.
Bukankah kita ketahui bersama Tujuh puluh tiga tahun Indonesia merdeka, bahkan tepatnya 28 oktober 1928, generasi muda bangsa, para pemuda, dalam kongres pemuda, melakukan sumpah sakti, apa yang di kenal dengan sumpah pemuda. Inti dari sumpah mereka adalah bgai mana menggalang tekad: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa: Indonesia. Meskipun Indonesia belum merdeka , masih dalam kungkungan penjajahan Belanda, para pemuda sudah bersumpah setia sebagai manisfestasi dari tekad bersatu-padu melawan penjajahan untuk Merdeka. Nafas dan jiwa kebangsaan (NASIONALISME) sudah membara di dada para pemuda.
Bayangkan, waktu itu terjadi 90 tahun yang lalu. Blum ada TV, blum ada internet, blum ada satelit, belum ada tentara, belum ada polisi. Yang ada hanya polisi dan tentara Belanda namun mereka bisa bersatu padu .
Sejarah mencatat, memasuki abad ke-20, di Indonesia lahir berbagai gerakan kerakyatan berlandaskan keagamaan(serikat islam, serikat dagang Islam,), namun tetap berjiwa dan bernafaskan Kebangsaan atau Nasionalisme. Karna mereka bertujuan satu yaitu Indonesia Merdeka, bebas dari belenggu penjajahan Kolonialisme/Imprealisme Belanda. Muaranya adalah proklamasi 17 agustus 1945 dengan proklamatornya Bung karno dan Bung Hatta. Pengorbanan yang dilakukan oleh para pejuang sejak memasuki abad ke 20 sampai Indonesia merdeka, 17 agustus 1945, tidak bisa di ukur dengan Rupiah. Mereka rela dan ikhlas, tanpa pamrih pribadi baik harta pangkat dan jabatan. Tentu ada pun segelintir orang yang menikmati roti kejuh serta asiknya bekerja sama dengan Belanda dengan menjadi antek-antek Penjajah kolonialisme Belanda.
Namun terjadinya sebuah gejolak di Negri ini ini di akhir 1965/1966 membuat sebuah guncangan dahsiat negri ini baik di bidang Politik, ekonomi dan kebudayaan. Yang sering di kenal dengan Gerakan 30 september 1965 atau di singkat dengan nama G30S/PKI. Dan sebuah babak baru Orde atau sistem pemerintahan di negri Indonesia tercinta ini yang kita kenal dengan istilah ORDE BARU inilah awal pergeseran Nasionalisme Bangsa Indonesia.
Merosotnya rasa kebangsaan dan Pariotisme sangat terasa ketika rezim otoriter Orde Baru di bawah komando Soeharto sedang mabuk kepayang dengan kekuasaaannya hasil dati kudeta serta memanipulasi Supersemar. Ini semua terjadi karena penghancuran partai-partai politik, penghancuran tokoh-tokoh dan kader serta politisi sipil bangsa yang berjiwa kebangsaan atau naionalisme. Bahkan pemerintahan Orde Baru mengganti politisi sipil dengan politis militer, adalah politik no, ekonomi yes.sama seperti pikiran penjajahan Belanda, seolah bangsa Indonesia akan diam, tenang, tunduk, jika sudah dicukupi pangan, sandang dan papanya. Maka muncullah sebuah slogan orde baru yaitu “Politik No, Ekonomi yes”, dengan isntitusnya bernama Bulog, rakyat Indonesia di kenyangkan perutnya dengan beras-beras impor supaya diam, toh sudah kenyang.perkembangan kemudian mencatat bahwa semua itu adalah sebuah taktik yang sangat licik. Rakyat di suruh diam karena sudah dikenyangkan perutnya.Rakyat tak perlu ribut apalagi protes jika dilakukan penjarahan harta kekayaan negara bangsa oleh penguasa dan kekuasaan yang otoriter. Dan semua praktek kekuasaan yang otoriter, rakus dan serakah tersebut telah di Wariskan kepada politikus-politikus hari ini.terrcermin pada tindakan dan perilaku moral para pemimpin,yg tak lagi mencerminkan moral kebangsaanya pejabat,para wakil rakyat di negeri kita baik formal maupun non formal dan anggota masyarakat secara umum yang tidak lagi sesuai dengan etika,moralitas dan norma kehidupan.Banyak wakil rakyat yang etika,moral dan hati nuraninya sudah gelap,mengakibatkan segala aspek kehidupan baik sosial ,ekonomi dan budaya sekarang menjadi terpuruk akibat merajalelanya penyakit korupsi,semakin banyaknya koruptor sampai-sampai kita tidak mampu mengingat semua tindakan pidana korupsi yang terjadi sebelumnya. Bahkan yang lebih miris lagi adalah Letak peranan mahasiswa sebagai agent of control social serta sebagai agent of change hampir dapat di pastikan bahwa gerakan sulit tercapai jika para aktor gerakan sudah mulai terjangkit sakit flu yang berat.Mahasiswa sekarang mengalami degradasi,baik dari segi intelektualisme,idealisme, patriotisme dalam menghadapi persoalan.kita dapat melihat beberapa gejala yang muncul dari sikap pragmatis yang di lakukan oleh aktor-aktor yang mengatasnamakan diri sebagai mahasiswa,sekarang banyak berdiri dibalik kekuasaan yang mengatas namakan rakyat(on behalf of the people).
Begitu beragamnya persoalan yang di hadapi yang kecil dan besar,antara hulu dan hilir,antara orientasi dan problem internal organisasi dan individu.Akibatnya,ketika dihadapkan pada perubahan isu yang cepat,gerakan mahasiswa bukan hanya kehilangan strategi, tetapi juga kehilangan kerangka untuk membaca situasi.Hal ini disebabkan karena gerakan mahasiswa telah ditunggangi oleh kepentingan kekuasaan,sehingga nalar berpikirnya telah berubah menjadi serangga-serangga yang berbahaya. ini
adalah gambaran nyata dari merosotnya jiwa kebangsaan, patriotisme, dan nasionalisme.
Dalam suasana Demokrasi,”suhu” dari kelaliman dan kerakusan telah lengser. Pemuda dan mahasiswa bersorak kegirangan. Namun tantangan berat masih menghadang. Krisis kepercayaan terhadap Soeharto semakin membengkak. ABRI yang diseret-seret Soeharto suntuk menegakkan sekaligus menjadi benteng kekuasaannya yang langgeng selama 32 tahun, Ekonomi terpuruk, kandas di pangkalan, karena ternyata gagal tinggal landas.kita tidak boleh hanyut dalam Sejarah kelam Orde Baru kita harus dengan hati bersih dan jiwa tulus sepenuhnya untuk di abdikan kepada bangsa, negara dan segera bangkit dari semua belenggu ketidak pastiaan, seperti ucapan Bapak bangsa Bangsa yg tidak percaya kepada kekuatannya sendiri tidak akan pernah maju.
Kunci jawaban atas krisis kebangsaan itu sesungguhnya bisa ditemukan dari dasar falsafah dan pandangan Hidup negara Indonesia sendiri, yaitu mengikuti cara hidup pendiri bangsa, menggali kembali Mutiara yang terpendam itu, mengargumentasikan, dan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan Bernegara,dan Sebuah bahan Refleksi kita selama 19 tahun perjuangan Reformasi, momentum untuk membangkitkan kembali jiwa dan semangat kebangsaan, jiwa semangat patriotisme, jiwa persatuan dan kesatuan kita harus bangkit dari puing-puing kehidupan bangsa yang termasuk termiskin serta juara terKorupsi di Dunia.
Subscribe to:
Posts (Atom)