Wednesday, July 19, 2017

MANIFESTO GERAKAN PEMUDA MENUJU MAMUJU YANG BERKEMAJUAN



Pandangan Dan Sikap GMNI Cabang Mamuju Terhadap Dunia Kepemudaan Dalam lingkup Masyarakat Mamuju Yang Malaqbi

Pemuda dan fungsinya sebagai Ujung Tombak Revolusi ‘’ Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tapi satu orang pemuda dapat mengubah segalanya ‘’ ( Soekarno )

Hei Pemuda ! Sadarkah bahwa kalian adalah tulang punggung revolusi. Sadarkah kalian bahwa kalianlah agen perubahan. Sadarkah bahwa kalian sesungguhnya adalah agen control sosial yang memang harus menjadi pelopor perjuangan, menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan hak – hak kaum yang tertindas ?.

Tak dapat dinafikkan bahwa Sejarah dunia tidak bisa dipisahkan dari sejarah ketertindasan, antara kelas penindas, dan kelas yang ditindas. Pemuda ( Mahasiswa ) yang tidak terikat oleh dua kelas tersebut harus mengambil sikap sebagai pelopor untuk memperjuangkan hak – hak kaum yang tertindas. Bahkan kalian yang saat ini berprofesi sebagai Mahasiswa, orientasi yang hakiki dari kalian bukan hanya untuk mengejar gelar, dan pekerjaan untuk kepentigan individumu saja, sampai kau lupa bahwa fungsimu sesungguhnya menjadi pencerah bagi kaum yang kesuraman, menjadi penyelamat bagi kaum yang di tindas, dan menjadi penyambung lidah rakyat.

Kalimat diatas sangat relevan untuk menggambarkan mental belajar mahasiswa hari ini. Ingin cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan menjadikan kita lupa bahwa esensi pendidikan adalah untuk kemajuan umat manusia. Hal tersebut secara tidak langsung bukan bermaksud untuk menyudutkan mahasiswa sebagai subjeknya karena kondisilah yang berbuat demikian. Artinya memahami masalah dalam masyarakat jangan sepotong-sepotong, namun harus memahaminya secara keseluruhan hingga akar persoalannya.

Baru masuk kuliah saja calon mahasiswa sudah dihadapkan oleh ratusan pesaing untuk masuk di universitas sesuai dengan jurusan yang diinginkannya, tidak sedikit mahasiswa yang salah jurusan karena sistem persaingan seperti ini, ditambah lagi dengan mahalnya biaya kuliah. Setelah masuk perkuliahan mahasiswa dicekoki oleh doktrin untung ruginya para dosen dan menekan mahasiswanya untuk lulus dengan cepat agar mendapatkan pekerjaan, serta berlomba-lomba mendapatkan IPK tertinggi. Alhasil setelah lulus IPK yang tinggi tadi tidak berguna dalam menghadapi realitas keseharian dan masalah yang ada dalam masyarakat, namun kembali berlomba-lomba dengan jutaan sarjana lainnya untuk menggantungkan nasibnya pada institusi-institus kapitalis besar termasuk negara yang notabane hanya untuk menambah provit kaum kapitalis.

Model pendidikan diatas inilah yang disebut Paulo Freire seorang pendidik dari Brazilia sebagai pendidikan “gaya bank”, disebut pendidikan gaya bank sebab dalam proses belajar mengajar dosen tidak memberikan pengertian sejati terhadap ilmu pengetahuan, tetapi memindahkan sejumlah dalil atau rumusan kepada para mahasiswa untuk disimpan diotaknya yang kemudian akan dikeluarkan kembali dalam bentuk yang sama oleh mahasiswa. Dosen bertindak sebagai penabung yang menabung informasi sementara mahasiswa dijejali informasi untuk disimpan. Mahasiswa tak lebih hanya sebuah objek dan bukan subjek, menjadikannya miskin daya cipta. Model pendidikan seperti ini justru memperpanjang relasi penindasan. Sebab setelah lulus, mahasiswa akan memiliki mental untuk menjadi penindas baru dan kembali melegitimasi kesenjangan.

Maka dari itu pemuda ( Mahasiswa ) harus memahami sesungguhnya esensi dari pendidikan itu sendiri. Yakni memanusiakan manusia. Dalam artian segalah penindasan terhadap manusia yang menjadikan manusia seolah tidak mempunyai nilai karena hanya digunakan tenagahnya untuk kepentingan segelintir orang, diperas tenagahnya untuk menabah profit untuk kepentingan individu, bahkan hak – hak yang dilegitimasi oleh kaum – kaum borjuis, serta tindakan diskriminasi yang dialami oleh manusia – manusia dalam kungkungan Kapitalisme harus menjadi objek daripada perjuangan kaum muda. Apalagi mahasiswa yang merupakan kaum intelektual, tentunya menjadi ujung tombak untuk menjawab masalah di masyarakat dan memecah kebuntuan yang selama ini menyengsarakan rakyat dengan solusi kongkrit serta aksi nyata yang lahir dari pemikiran dan gagasan dari Mahasiswa itu sendiri. Agar motto dari pendidikan yakni Memanusiakan Manusia dapat terwujud sebab ilmu yang dimiliki kaum muda itu diejawantahkan dalam aktivitas kepemudaan. Apalagi geliat pemuda yang masih berkobar – kobar menjadikan pemuda sebagai pelopor daripada perjuangan.

A. GMNI Sebagai Organisasi Kemahasiswaan Yang Anti Penindasan
’Lenyapkan steriliteit dalam gerakan mahasiswa, nyalakan terus obor kesetiaan terhadap kaum marhaen, agar semangat Marhaenisme bernyala – nyala murni, dan agar yang tidak murni terbakar mati’’. (Pidato Bung Karno 1959)

Sebagai organisasi Kemahasiswaan. GMNI menitik beratkan perjuangannya terhadap basis rakyat yang ditindas oleh system ( Kapitalisme .) Dalam hal ini disebut sebagai kaum Marhaen. Kaum Marhaen ialah orang – orang yang tertindas oleh system Kapitalisme. Diantaranya adalah Buruh, Tani, Masyarakat Miskin Kota, Pegawai sekecil – kecilnya yang secara langsung menjadi korban daripada Kapitalisme. Selama system ini tidak ditumbangkan, maka ia akan memperpanjang relasi perbudakan, memperpanjang sejarah penindasan, dan menjadikan dunia tidak tenteram lagi oleh karena eksploitasi alam yang berlebihan, barang – barang yang diproduksi melampaui kebutuhan yang sesungguhya dari manusia sebab kapitalisme dalam hal produksi yang hanya mencari keuntungan.

DPC GMNI Cabang Mamuju melihat problema terkait realitas yang telah digambarkan diatas, terkait dunia kepemudaan, yang juga kini telah merambah lokalitas daerah kita terkhusus di Kabupaten Mamuju. Kita lihat bahwa kegiatan kepemudaan orientasinya bukan lagi untuk pengembangan pemuda, melainkan kegiatan – kegiatan kepemudaan yang diselenggarakan hanya bersifat seremonial. Ini dibuktikan tidak adanya output yang nyata dari hasil kegiatan – kegiatan kepemudaan. Tetap saja pemuda – pemuda dilokalitas kita Bersifat Apatis, Hedonis, dan Pragmatis, ditambah lagi semangat Nasionalisme yang kurang tentunya akan menjadi sasaran empuk dari budaya barat untuk merangkul dan menggaet pemuda – pemudi kita untuk terjebak dalam budaya yang konsumtif, oleh karena miskin imajinasi, kurang kreatif, dan kurang inovatif. Tentunya ini tidak bisa dinafikkan itu tergantung dari tiap – tiap individu seseorang. Tapi bukankah sifat seseorang dan perilakunya itu tercermin dari lingkungannya, jika lingkungan yang tempat tumbuhnya selama ini diajarkan dan dibiasakan untuk memiliki budaya kreatif, inovatif tentunya hal ini akan dapat terwujud. Namun realitas kehidupan pemuda di daerah kita cenderung bertolak belakang dari apa yang sebenarnya kita harapkan. Seharusnya element –element seperti Pemerintah, Kampus, Sekolah, Organisasi Kepemudaan menjadi penyokong pengembangan kreativitas pemuda, serta mampuh menciptakan lingkungan yang berbudaya belajar dan tidak perlu lagi ada apologi bahwa budaya daerah lain beda dengan budaya didaerah kita. Sebab semua harus dmulai dari hal – hal terkecil. Selain dunia kepemudaan DPC GMNI Mamuju menyindir pemerintah baik Provinsi, maupun Daerah yang selama ini tidak mampu menyelesaikan persoalan – persoalan yang sangat urgent. Permasalahan – permasalah itu DPC GMNI Mamuju tuangkan dalam Sembilan point penting. Baik itu persoalan kepemudaan, maupun persoalan Pendidikan dan persoalan Sosial yang perlu untuk diperhatikan kemudian diwujudkan untuk menuju Mamuju Yang Berkemajuan.

9 ( Sembilan ) Solusi GMNI Cabang Mamuju

1. Meningkatkan saranah penunjang kegiatan pemuda
Pemuda yang hebat adalah pemuda yang sibuk dalam aktivitas yang positif. Dalam artian aktivitas pemuda yang posotif itu adalah kegiatan pemuda yang meliputi bidang – bidang seperti Olahraga, Seni, Pendidikan, kebudayaan. Semua itu perlu sarana penunjang. Sebab dalam aktivitas pemuda membutuhkan saranah sebagai tempat meluapkan Kreatifitas dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

2. Pemerintah harus mendukung Kegiatan Pemuda
Jangan ada lagi diskriminasi terhadap kelompok – kelompok pemuda dari elit pemerintah oleh karena perbedaan pandangan politik. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan jangan lagi memilah – milah untuk mendukung dan membantu kegiatan – kegiatan kepemudaan.

3. KNPI Sebagai sentral organisasi kepemudaan harus mempunyai Sekretariat/ Kantor yang sifatnya permanen
Tidak dapat dipungkiri semua organsiasi butuh tempat berkumpul untuk menyusun program – program kerjanya dan juga sebagai tempat untuk aktivitas – aktivitas kepemudaan.

4. Membangun Semangat Nasionalisme di Kalangan Pemuda
Nasionalisme adalah fondamen dalam berbangsa dan bernegara, sebab dengan rasa Nasionalisme kita bisa mencintai bangsa kita, Negara kita dengan seutuhnya. Serta siap dan rela berkorban jika nanti ada pihak – pihak yang menginginkan perpecahan atau kehancuran Negara kita ( Dis integrasi ).

Oleh karena rasa nasionalisme itu kita sandarka pada rasa saling menyayangi sesama manusia tanpa membedakan ras, suku, dan agama. Selain itu Nasionalisme itu diwujudkan dalam bentuk menolak segala bentuk penindasan baik itu penindasan manusia atas manusia, maupun penindasan bangsa atas bangsa. Selain empat poin diatas yang solusi pengebangan kepemudaan di Mamuju, kami juga mengusulkan poin sebagai rekomendasi kami kepada pemerintah diantaranya.

1. Menjalankan sebagai mana mestinya Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 rasio antara guru dan siswa yang disesuaikan baik di kota , maupun di desa.

2. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit haruslah mengutamakan jiwa tanpa harus mempersoalkan masalah masalah seperti administrasi yang tentunya akan mempersulit pasien.

3. Segerah membuat rumah yang merawat orang – orang yang keterbelakangan mental, yang makin hari bertambah jumlanya. Selain alasan kemanusiaan juga sebagai solusi untuk mengurangi keresahan masyarakat. (Diperdakan)

4. Undang – undang keterbukaan informasi publik. Agar transparansi anggaran dan program kerja disetiap instansi pemerintah agar dapat diketahui oleh publik.

5. Menjaga dan melestarikan Tanah Adat, sebagai cagar budaya, dan warisan leluhur yang harus kita pelihara (Diperdakan) Itulah sekian pandangan dan sikap DPC GMNI Mamuju terkait dunia kepemudaan yang ada lokalitas daerah.

Lebih dan kurangnya itu tidak lepas dari dari esensi kita sebagai manusia ( Mahluk yang tidak sempurnah ) oleh Karena itu dibutuhkan komunikasi intens dikalangan pemuda, sebab dengan berdiskusi kita bisa saling bertukar informasi, saling berbagi pengetahuan, serta bergotong royong mewujudkan kesejahteraan sosial. Serta menyatukan pikiran, gagasan, tekad, menuju Indonesia Yang Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan.

Hidup Rakyat…!!!
Hidup Pemuda…!!!
Merdeka…!!!

No comments:

Post a Comment