Media resmi DPC GMNI MAMUJU sebagai penyaluran gagasan, kritik, dan propaganda. Juga sebagai wadah konsolidasi Ideologi Marhaenisme untuk membangun kesadaran ideologis dan kesadaran historis massa aksi agar yang tidak murni terbakar mati.
Thursday, July 20, 2017
Trisakti Bung Karno
Oleh : Esa Hermansyah
Suatu Negara akan kuat apabila ia telah berdaulat, kaya dan maju bila ia bisa mandiri, dihormati dan diakui dunia jika ia memiliki kepribadian kebudayaan yang terpatri di setiap lini kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kita semakin di hadapkan pada situasi yang dilematis, cukup kronis, dimana kita melihat sepak terjang Indonesia semakin termarjinalkan dalam perpolitikan internasional, dan makin terseok dalam persaingan ekonomi dunia. Belum lagi kebudayaan tradisional kita yang kian hari terkikis oleh dominasi budaya westernisasi, sehingga kita bangsa Indonesia yang dulunya dikenal dengan semangat gotong royong kini cenderung hedonis, individualis, opurtunis, serta intoleranisme yang menjangkiti kondisi kebangsaan kita. Dan inilah bentuk gambaran kapitalis, di mana dominasi uang dan dan modal merontokkan nilai-ila persaudaraan sesama bangsa Indonesia. Tentunya hal ini terjadi karena semakin jauhnya Indonesia dari cita – cita perjuangan, baik yang termaktub dalam Undang – undang Dasar 1945 ataupun yang tertuang dalam Pancasila. Belum lagi kemerosotan moral yang hampir meliputi segala aspek manusia Indonesia yang mengisi tiap lini di negara ini. Hasilnya jembatan emas kemerdekaan sejati semakin jauh dari gapaian kita.
Apakah ini kutukan? Atau karena Indonesia telah kehilangan jati diri, hingga hari ini tetap menjadi bagian dari negara dunia ketiga. yang masi terus meraba-raba masa depan, dan tetap mengekor dan menjadi kacung negara-negara predator. Apakah bangsa Indonesia telah buta, kehilangan jalan, ataukah lupa daratan ? Untuk menjawab semua persoalan di atas yang sampai hari ini masih menjadi bahan diskusi yang tak kunjung usai, menjadi topik yang tak habis untuk di kaji, ada baiknya kita kembali membaca sejarah sebab founding fathers kita selalu mengatakan jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Jauh sebelum bangsa Indonesia mengenal teknologi, mengecap dan tenggelam dalam arus pasar bebas, Bung Karno telah membekali bangsa Indonesia dengan tiga kata kunci agar negara ini nantinya bisa maju, tidak terlunta, dan tidak bermental pengemis, apa itu? Trisakti.
Trisakti Bung Karno ini mengandung tiga ajaran yang dapat menjadi jalan menuju masyarakat madani seperti yang diharapkan.
1). Berdaulat di bidang poitik.
Kedaulatan dalam berpolitik adalah sebuah keharusan bagi Indonesia jika ingin terbebas dari segala bentuk imperialisme modern, karena dengan kedaulatan politik Indonesia dapat memilih dan menentukan apa yang baik bagi bangsa dan negaranya, sehingga tidak bisa lagi di intervensi dan di intruksi untuk tunduk pada kemauan negara asing yang hanya mendatangkan kerugian dan mudarat bagi Indonesia itu sendiri. Hal ini perlu didukung oleh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, tanpa melihat agama, suku, ras, dan kebudayaannya. Sebaba bangsa kita memang terkenal dengan semangat gotong royongnya serta semboyan negara yang mengandung makna filosofi yaitu Bhineka Tunggal Ika.
2). Berdikari di bidang ekonomi.
Berdiri di atas kaki sendiri berarti kita tidak lagi bergantung pada negara lain dalam memenuhi kebutuhan bangsa dan negara. Mandiri adalah sebuah keharusan untuk Indonesia sebab, hampir semua sektor perekonomian di negara kita di kuasai oleh asing. Contohnya di bidang sumber daya minyak dan gas alam. Pertamina sebagai institusi pelat merah hanya menguasai sekitar 16 persen ladang migas nasional. Sisanya dikuasai Chevron (AS) 44 persen, Total E&P (Perancis) 10 persen, Conoco Phillips (AS) 8 persen, dan National Offshore Oil Corporation (China) sebesar 5 persen. Sementara di sektor pertanian, Indonesia masih belum bisa mewujudkan kedaulatan pangan untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup manusianya. Meskipun mengaku sebagai negara yang agraris, Indonesia masih bergantung pada negara lain dalam hal impor bahan pangan. Bukti sampai saat ini kita masih bergantung 100 persen kepada impor gandum, 78 persen impor kedelai, 72 persen impor susu, 54 persen impor gula, 18 persen impor daging sapi, dan 95 persen impor bawang putih. Sebagian besar bahan pangan itu diimpor dari negara-negara maju seperti AS, China, Arab Saudi, dan Australia. Untuk bisa berdikari di bidang ekonomi, harus ada konsistensi pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan agar para petani bisa sejahtera. Dan supaya para produsen tahu, tempe, susu, dan lain sebagainya tidak repot lagi dan kelimpungan saat harga bahan impor melonjak. Sektor kelautan tidak setra merta pula di abaikan. Karena dunia mengakui Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, oleh sebab itu perlu di usahakan agar Indonesia dapat menjadi negara pelopor dalam hal ekspor ikan dan garam. Kemandirian ekonomi itu akan membawa Indonesia pada era keemasannya. Apalagi menurut banyak pakar ekonomi dunia, Indonesia berpotensi menjadi raksasa ekonomi dunia karena jumlah penduduknya yang padat. Tentu hal itu yang kini tercermin dari china dan india yang saat ini telah menjadi raksasa baru dalam perekonomian dunia. Tinggal bagaimana kreatif dan inovatifnya pemerintah Indonesia memanfaatkan segala aspek di bidang ekonomi, terutama di industry ekonomi kreatif yang kurang mendapat perhatian terutama sekali di lokalitas daerah kita di Provinsi Sulbar, terkhusus di Kabupaten Mamuju ini yang merupakan ibu kota Provinsi Sulbar itu sendiri. Harapannya semoga kemandirian ekonomi itu betul-betul di wujudkan agar tidak hanya menjadi wacana yang utopia semata. Dan semua ini adalah tanggung jawab dari pemerintah untuk mewujudkan itu.
3). Berkepribadian di bidang kebudayaan.
Kebudayaan adalah identitas suatu bangsa dan negara, darinyalah orang melihat dan mengingat suatu negara dengan kebudayaannya. Seperti jepang dengan tradisi semangat samurai, china dengan tradisi berniaga sejak dulu, india dengan budaya taria-tarian untuk mengekspresikan suasan hatinya. Lalu ketika melihat kedalam Indonesia, tradisi dan budaya apa yang bisa kita ambil, mengingat kita adalah bangsa yang majemuk, beragam suku bangsa, agama dan adat istiadat. Apa yang harus kita ambil dan tunjukkan agar dunia tahu kalau kita adalah Indonesia, semua itu jawabannya adalah persatuan dan kesatuan yang kuat. Kita adalah bangsa yang majemuk, namun tetap mampuh bertahan sampai hari ini dengan sistem demokrasi. Meski demokrasi itu sendiri belum berjalan seperti yang diharapkan, karena golongan elitis dan para pemilik modal justru lebih mendominasi arah kebijakan itu ketimbang rakyat yang merupakan suatu unit yang lebih punya hak atas demokrasi itu sendiri. Semoga sampai nanti kita tetap utuh sebagai sebuah bangsa dan negara, dengan tetap memelihara kebudayaan tradisional agar tidak luntur, di tengah arus modernisasi gaya barat yang banyak di adopsi oleh generasi mudah saat ini. Sangat bagus jika kita para generasi mudah berpikir dengan skala internasional, tetapi tindakan serta perilaku harus tetap tercermin dari kebudayaan, dan kearifan lokal, itulah hakekat berkepribadian di bidang kebudayaan kata Bung Karno.
Lalu pertanyaan yang muncul, apakah masih relevan menerapkan Trisakti Bung Karno di zaman seperti sekarang ini? Saya menjawab sangat-sangat relevan. Karena dengan Konsep Kemandirianlah kita dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh sebab itu Ke Bhinekaan harus kita pupuk agar tetap tumbuh bersemi dan terangkai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semangat gotong royong harus menjadi Ruh bagi bangsa Indonesia dalam berjuang membangun serta mewujudkan cita-citanya. Dan Trisakti adalah kunci bagi kita semua untuk dapat melihat Indonesia di era keemasannya yang gilang gemilang dan untuk membuka gerbang dan menjadi jalan menuju sebuah tatanan hidup yang sering disebut Soekarno sebagai dunia baru tanpa penindasan manusia atas manusia, dan penindasan bangsa atas bangsa.(*)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment