Media resmi DPC GMNI MAMUJU sebagai penyaluran gagasan, kritik, dan propaganda. Juga sebagai wadah konsolidasi Ideologi Marhaenisme untuk membangun kesadaran ideologis dan kesadaran historis massa aksi agar yang tidak murni terbakar mati.
Wednesday, August 9, 2017
MEMBUMIKAN AJARAN BUNG KARNO DI TANAH SULAWESI
Oleh: Bayu alfarizi
(Sekretaris Umum GMNI Cabang Mamuju)
GMNI Merupakan organisasi politik mahasiswa yang berhaluan soekarnoisme yang didirikan pada 23 maret 1954 dan saat ini telah berusi 63 tahun tersebut. Dalam usianya ke 63 tahun tersebut GMNI telah melahirkan banyak kader-kader yang saat ini berkiprah di berbagai medan pengabdian masyarakat. Seperti lembaga legislatif baik pusat, maupun kepala daerah, birokrasi, pengusaha, guru, profesional, LSM, bahkan menjadi presiden seperti ibu Megawati soekarno putri.
Dalam perjalan politiknya, sebagai organisasi candradimuka kaumi ntelektual soekarnois GMNI, telah mengalami pasang surut sejarah. Pasca presiden Soekarno di jatuhkan melalui TAP MPRS 33 pada 1967, GMNI pun masuk dalam skema politik pemberangusan eksistensi organisasinya oleh rezim Orde Baru karena dianggap sebagai kaki tangan kekuatan dan penerus ajaran-ajaran Bung Karno.
Pada masa itu, banyak alumnus GMNI yang di tangkap aparat keamanan,diteror,bahkantidak sedikit yang terpaksa lari keluar negeri. Situasi politik yang mencekam pada saat itu mengakibatkan banyak di antara kader-kader GMNI yang harus mengaburkan status politiknya sebagai anggota GMNI. Bahkan mereka terpaksa harus menyembunyikan dan membuang buku-buku yang berbau ajaran Bung Karno. Tidak cukup sampai di situ, Rezim Orde Baru pun mempraktikkan politik devide et impera di kalangan alumni GMNI dan kaum soekarnois lain agar di antara mereka saling curiga dan terpecah belah. Semua itu mereka lakukan agar kaum soekarnois tidak terkonsolidasi sehingga tidak lagi melakukan penggalangan kekuatan, khususnya terhadap ajaran-ajaran Bung Karno. Dalam suasana duka dan mencekam sebagai akibat tekanan politik rezim Orde Baru itulah, beberapa kader GMNI yang masih setia dan militan terhadap ajaran-ajaran Bung Karno terus melakukan berbagai Ikthiar politik. Hal itu bertujuan melakukan konsolidasi kekuatan dengan cara merekrut mahasiswa-mahasiswa baru di berbagai kampus Di indonesia untuk digembleng dengan ajaran-ajaran Bung Karno. Ikthiar politik itu ternyata membawa hasil sehingga akhirnya GMNI mampu bertahan hidup (survival) hingga saat ini.
Dengan menyadari eksistensi dan perjalan politik yang penuh suka duka itulah terutama akibat politik pecah belah yang di lakukan orde Baru, namun dengan jiwa dan semangat yang menggelora di lubuk hati para kader sehinnga masi mampu eksi di dunia gerakan dan akan melakukan kegiatan besar, yaitu Kongres yang ke xx di bumi sulawesi (Minahasa) GMNI menilai dan merasakan bahwa di era Reformasi yang liberalistis ini bangsa Indonesia telah kehilangan peta jalan (road map) dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan bernegara. Hal itu sesuai dengan di amanahkan para pendiri bangsa melalui proklamasi 17 agustus 1945.
Salah satu sebab bangsa Indonesia kehilangan arah perjuangan seperti ini ialah kita telah meninggalkan atau bahkan melupakan pancasila. Sebagai dasar dan ideologi negara,pancasila seharusnya berfungsi sebagai meja statis yang menjadi dasar berpijak sebelum melangkah dan menjadi bintang penuntun dinamis yang menjadi kompas kemana arah yang akan di tuju bangsa Indonesia.
Kongres ke xx GMNI yang akan di ikuti 10.000 orang peserta dan peninjau yang berasal dari utusan pengurus pusat, pengurus daerah, dan pengurus cabang GMNI seluruh Indonesia akan mengkaji dan membahas, dan merumuskan kembali peta jalan bangsa Indonesia. Hal ini bertujuan agar cita-cita pancasila sebagai dasar filosofisnya yang akan dipidatokan Bung Karno pada 1 juni 1945 didepan sidang BPUPK dapat terwujud.
Dengan di adakanya kegiatan di bumi sulawesi dapat mengantarkan bangsa Indonesia sampai kepada cita-cita perjuangan ialah melalui haluan politik tri sakti, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, berkepribadian di kebudayaan Indonsia. Kongres juga diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi pemikiran yang dapat dijadikan salah satu referensi bagi bangsa Indonesia,khususnya pihak penyelenggara kekuasaan Negara. Terutama kepada pemerintahan Joko Widodo yang pada saat kampanye politiknya di pilpres 2014 lalu telah berjanji akan menerapkan ajaran Trisakti Bung Karno sebagai haluan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya.
Lebih jauh, kongres juga akan meneruskan strategi perjuangan kaum soekarnois agar dapat merevitalisasi dan membumikan ajaran-ajaran Bung Karno di Indonesia Timur khususnya di bumi sulawesi dan api perjuangannya dalam praksis kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan. Semoga buah pikir kaum intelektual soekarnois melalui kongres ke xx tersebut akan memberi sumbangsi berharga bagi bangsa Indonesia untuk kembali menemukan jati dirinya di tengah arus deras gempuran ideologi liberalisme dan radikalisme agama.selamat datang Kongres ke xx dan selamat berjumpa kaum soekarnois kaum pejuang pemikir-pemikir pejuang di Tanah sulawesi.
MERDEKA.
GMNI JAYA
MARHAEN MENANG.!!!!!!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment