Media resmi DPC GMNI MAMUJU sebagai penyaluran gagasan, kritik, dan propaganda. Juga sebagai wadah konsolidasi Ideologi Marhaenisme untuk membangun kesadaran ideologis dan kesadaran historis massa aksi agar yang tidak murni terbakar mati.
Saturday, November 24, 2018
Guru Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Oleh : Bung Mark Syarif
(Wakabid Organisasi & Kaderisasi DPC GMNI Mamuju)
"Non Scholae, Sed Vitae Discimus"
(Kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup)
Seneca, Filsuf dan Pujangga Romawi.
Di negara Indonesia, guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mengapa? Karena guru mengajarkan banyak hal kepada individu. Dalam Filosofi Jawa, Guru berartI “digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya adalah dipatuhi atau didengar dan ditiru maksudnya adalah diteladani atau patut dicontoh. Kalimat ini menggambarkan bahwa guru adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam pengembangan diri seorang individu atau murid.
Hari ini, tepat tanggal 25 November 2018, Indonesia memperingati Hari Guru. Meskipun bukan hari libur resmi, di sekolah-sekolah diadakan peringatan seperti upacara dan pemberian penghargaan kepada guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Pantaskah mereka mendapatkan penghargaan? Jika ditanya seperti itu, sekedar menjawab pantas bukan merupakan bentuk penghargaan. Tidak hanya sekedar pantas, tapi penghargaan yang setinggi-tingginya patut kita berikan kepada guru. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.
Guru merupakan tokoh utama atau sebut saja aktor utama dalam sebuah sekolah. Di sekolah, guru membentuk karakter dan memperbaiki akhlak murid. Merekalah gambaran sebenarnya dari sebuah generasi. Generasi yang hebat berawal dari guru yang hebat. Dan begitupun sebaliknya, generasi yang buruk berawal dari guru yang buruk.
Beberapa kasus pelecehan (maaf, saya kekurangan kosakata untuk menggambarkan) terhadap profesi guru, diantaranya adalah murid berinisial HI, yang memukul guru di SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, yang berakibat meninggalnya guru yang bernama Ahmad Budi Cahyono. Ada juga kasus guru yang menganiaya muridnya, LS, seorang guru di salah satu SMK di Purwokerto, menampar 9 orang muridnya. Dan banyak lagi kasus-kasus yang lain. Menjadi pertanda menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Permasalahan pendidikan hari ini, (mungkin) menggambarkan masa depan generasi bangsa Indonesia. Banyak formula pendidikan yang diterapkan, perubahan kurikulum dan banyak lagi masalah-masalah yang wajib diselesaikan. Menjadi tanggung jawab pemerintah, guru dan pemuda untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam pendidikan. Mampukah generasi hari ini mempersiapkan generasi masa depan yang lebih baik? Mari kita sama-sama merefleksi nilai-nilai kebaikan di Hari Guru Ini.
Selamat Hari Guru, 25 November 2018
Saturday, November 17, 2018
HUJAN
Oleh : Sarinah Misba
(Bendahara umum DPC GmnI Mamuju)
Malam dengan penuh sensasinya
Angin yang berhembus merasuk ke dalam tulang-tulang
Bekerja, membuat cerita bersama hujan.
Aku yang duduk tepat dibelakangmu,
Perasaan yang tidak jelas datang menggorogoti,
Menghantam jiwaku yang masih penuh misteri.
Rintik hujan membasahi malam di kalah itu,
membuat suasana semakin syahdu.
Menyusuri jalan kelok yang panjang
Bercengkrama denganmu dan hujan.
Aku bersamamu, berharap memperlambat laju kendaraanmu.
Tak banyak katamu, aku menikmatinya.
Jalan kelok yang menyaksikan,
Hujan yang menemani..
#03 Juli
BUIH
Oleh : Bung Adam Jauri
Buih, jadikan aku bagian darimu
Supaya aku dapat lahir dibibirnya
Buih, potonglah ragaku agar serupa menjadi anak-anak gelembungmu
Kiranya dapat sejukkan raganya saat ia membasuh tubuhnya
Buih, ikutkan aku dipekerjaanmu..
Setidaknya bisa lagi kusentuh rambutnya saat ia mandi pada sungai kecil
Biarkan saja diriku mengalir sepertimu
Sebab dari padamu aku bisa melihat Dia, membelai Dia, mengecup pipinya
Biarkan saja diriku mengalir sepertimu
Menjalar dari ubunnya hingga merayap keujung kakinya..
Biarkan saja diriku mengalir sepertimu
Setelah menjalankan tugas membasuh dirinya, turun dengan perlahan lalu jatuh ketanah dan mati.
~A.J
Friday, November 16, 2018
GENERASI MILENIAL
#Memandang_kembali_arah_Reformasi_menuju_politik2019
Reformasi yang di lancarkan oleh gerakan mahasiswa Indonesia, telah membawa kejatuhan pada presiden Soeharto. Bagaikan sesuatu yang mustahil tokoh yang begitu terkenal dan dan kokoh dengan berbagai macam masalah, dan familiar dengan senyumnya yang manis ternyata bisa di jatuhkan oleh gelombang moral mahasiswa.
Apalagi pemimpin yang pernah berkuasa selama 32 tahun di negeri ini bahkan dikenal srbagai orang yang cerdas dan cerdik dalam strategi politik, bisa menumbangnkan Resim soekarno serta menikung kawan-kawan jendralnya di militer, dan akhirnya hari kamis tanggal 21 mei 1998 soeharto lengser. Namun kita lihat dan harus mewaspadai bahwa yang lengser adalah pribadi soeharto, namun Resimnya masih saja tertancap dalam keruang-ruang birokrasi pemerintahan.
Dan menjelang pileg dan pilkada serentak kembali menjadi sorotan adalah politik dinasti dan politik uang Isu sarah di jadikan strategi untuk menang bahkan bermunculan pula para keluarga-keluarga cendana dan para aktivis yang pernah berjuang di era Reformasi , dan mungkin para aktivis tujuannya untuk tetap kembali berjuang seperti saat reformasi di menangkan atau keluarga cendana yang ingin mengembalikan kekuasaan keluarganya.dan kita tunggu saja di tahun 2019 kemanah arah demokrasi kita.
Banyak Generasi muda dalam hal ini Mahasiswa Indonesia telah membuktikan dirinya sebagai warga bangsa yang peduli terhadap keadaan bangsa dan negaranya. Dan tetap berdirih kokoh sebagai gerakan moral pro-pembaharuan dan perubahan. Dengan hati bersih dan jiwa yang ikhlas tulus sepenuhnya untuk diabdikan kepada bangsa dan negara, harus di akui bahwa selama 32 tahun di bawa resim Orde baru telah terjadi pemecahbelahan kekuatan-kekuatan masyarakat bangsa. Terjadi pen-devide et impera-an pada semua kekuatan-kekuatan politik mahasiswa,lsm ormas sampai kepada ormas keagamaan sekalipun.
Kini zamannya Demokrasi, sudah seharusnya politik devide et impera apalagi terhadap sesama bangsa sendiri harus ditinggalkan bahkan dibuang jauh-jauh.
Kita bangun Indonesia Baru dengan kemitraan dan gotong royong persaudaraan sebagai sesama anak bangsa. Buang jauh-jauh arogansi kekuasaan, bakar hangus nafsu keserakahan dan kubur dalam-dalam KKN. karna ancaman terpecahnya persatuan dan kesatuan bangsa di pelupuk mata.
Kita sama-sama membangun dan menjaga semangat para pendahulu semangat perjuangan Reformasi dan tetap optimis harapan masyarakat ada kepada para pemimpin yang akan bertarung di 2019 dan yang terpenting semangat juang itu terus kita nyalakan bersama-sama sebagai bangsa yang Humanis yang cinta akan persaudaraan dan gandrung akan persatuan
Mengutip pepatah,
"Bahwa nyalakan terus obor kesetiaan pada masyarakat dan nyalakan api perjuangan dan agar yang tidak murni terbakar mati...
Oleh : bayu alfarizi
KATA-KATA RINDU
(Oleh Bung Mark Syarif)
Aku siapa? Kita ini apa?
Mungkin sekedar rindu, tapi ini bukan rindu
Mungkin ini kamu, tapi ini lebih dari kamu
Mungkin ini cemburu, jauh, bukan berasal dari kata cemburu
Kita ini apa?
Entah, aku hanya tau nama
Tidak tau kamu siapa
Tidak tau kamu seperti apa
Kenalkah kamu aku siapa?
Tahukah kamu jika aku rindu?
Menusuk tapi bukan paku
Mengiris tapi bukan pisau
Sedikit mengganggu
Bukan, ini lebih dari mengganggu
Sebanyak bayangan yang terbang layaknya hantu
Ini rindu
Haruskah aku rindu jika bukan siapa-siapa?
Tapi, adakah larangan merindu?
Bukan maksud memaksa
Ini hanya kata-kata
Tidak lebih dari kata-kata pengungkapan
Jika engkau melarang untukmu rinduku
Maka benarlah ini hanya rindu
Kata-kata yang berakhir tidak menjadi apa-apa
Pengungkapan yang menjadi tidak bernilai apa-apa
Rindu hanya sebatas rindu
Rinduku untukmu tidak terbatas
Akan menjadi sia-sia jika tidak terungkap
Rinduku untukmu itu nyata
Akan menjadi palsu jika tak sampai
Rinduku untukmu itu ada
Diharapkan atau diabaikan
Rinduku untukmu
Ya, rinduku untukmu
Tuesday, November 13, 2018
SECERCAH KISAH DI BULAN NOVEMBER
Oleh: Bayu Alfarizi
November adalah hari di mana kita sebut sebagai momentum hari pahlawan Hari ini
mengenang keberanian pahlawan Tanah Air melawan tentara sekutu yang ingin
merebut kembali Indonesia setelah Proklamasi 17 Agustus 1945. Pertempuran 10
November yang menjadi cikal bakal Hari Pahlawan menjadi perang terbuka terbesar
Indonesia sesudah proklamasi kemerdekaan.Pada Jumat 9 September 1945, pesawatpesawat
Inggris sengaja terbang menjatuhkan selebaran kertas dari udara ke
seluruh penjuru kota Surabaya. Selebaran itu adalah ultimatum dari Inggris yang
meminta para pejuang Surabaya untuk menyerahkan senjata pada 10 November 1945
paling lambat pukul 06.00 pagi.
Tak cuma itu, selebaran tersebut berisi pesan kepada siapa pun untuk menyerahkan
orang yang bertanggung jawab atas tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby pada 30
Oktober 1945. Sudah dipastikan, saat itu amarah Britanita Raya sedang membuncah
kepada arek-arek Suroboyo.
Namun, alih-alih takut, para pejuang dan pemuda dari seluruh Surabaya malah
menantang Inggris untuk berjibaku atau perang terbuka.
Hal itu terungkapkan dalam pidato Bung Tomo pada 10 November 1945, dengan
semboyan MERDEKA ATAU MATI.
Namun semangat pejuang dahulu tidaklah kita lihat hari ini. Bisa kita lihat
fenomena indonesia masa kini kita disuguhi potret moralitas bangsa yg begitu
merosot sangat tajam,korupsi, kolusi dan nepotisme masi tetap meraja lelah di
negri ini. Sejauh ini memang banyak kemajuan yg telah dicapai akan tetapi juga
banyak kemunduran yg berpotensi menghancurkan apa yg telah diraih, dengan
menguatnya budaya pragmatisme, transaksional, hedonisme dan individualisme
.bahkan Nilai-nilai patriotisme cenderung ditinggalkan. Anak bangsa malah saling
berbenturan, pejabat negri mempertontonkan moralitas yang tidak mencerminkan
lagi budaya bangsa Indonesia mereka saling adu jotos demi golongan masingmasing,
bahkan kelompok-kelompok radikalisme bermunculan seperti jamur di musim
semih. Seperti pesan bung karno dulu bahwa perjuanganku lebih muda karna melawan
penjajah namun perjuanganmu akan lebih sulit karna akan melawan bangsamu sendiri
itulah fenomena yg terjadi hari ini.
Bulan november adalah bulan perjuangan,
perjuangan para founding father dalam mempertahankan kemerdekaan. Bulan november
bulan di mana kita kembali refleksikan semangat perjuangan pendahlu, sebagai
penerus bangsa haruslah kita menaruh hormat terhadap usaha-usaha yg telah
dilakukan oleh pendahulu bangsa yg mendirikan Republik ini. Dengan ucapan
terimakasih kita bisa kita lakukan adalah meneruskan dan memperkuat semangat
kebangsaan kita untuk tetap mencintai bangsa ini. Mempersatukan bangsa ini agar
tetap satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Karna ketika kita sebagai penerus
dari perjuangan para pahlawan tak menghormati lagi perjuangan mereka wajar saja
ketika negara-negara lain menghina kita sebagai bangsa yg tidak berterimakasih
kepada para leluhurnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)