Friday, July 21, 2017

Peran Pemuda Dan Tanggung Jawab Sosial



Ditulis oleh : Bung Esa Hermansyah


Pemuda zaman sekarang haruslah berjuang untuk melanjutkan cita – cita para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan untuk Tanah Air Indonesia ini. Perjuangan bangsa menuju pada cita – cita tertingginya yaitu terwujudnya Kesejahteraan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia haruslah diperjuangkan dengan sepenuhnya, dan perjuangan ini akan melewati proses yang tidak mudah karena dalam perjuangan menuju cita cita itu akan penuh gejolak – gejolak yang tentunya menguji integritas kita sebagai pewaris kemerdekaan yang diproklamasikan oleh faunding father tahun 1945. Dalam hal ini, pemuda merupakan sentral perjuangan untuk mewujudkan cita – cita itu. Selain karena pemuda merupakan Agent Of Control Social, juga sebagai Iron Stock sebagai pelanjut kepemimpinan bangsa di masa depan. Oleh karena itu sekarang ini dibutuhkan pemuda yang memiliki semangat Nasionalisme sebagai bekalnya, serta berjiwa pemimpin, mempunyai integritas, serta revolusioner dalam memperjuangkan hak kaum yang termarjinalkan.

Kita telah mengetahui bersama bahwa sejarah Indonesia adalah sejarahnya Pemuda. Dimulai dengan era kebangkitan nasional 1908, Kongres Pemuda yang melahirkan dekrit Sumpah Pemudah tahun 1928 sebagai janji pemuda untuk bertanah air, berbangsa, dan berbahasa Indonesia, juga proklamasi 17 Agustus yang menjadi momentum hari lahirnya NKRI tidak lepas dari usaha – usaha pemuda saat itu. Berahirnya orde lama dan orde baru tidak lepas dari perjuangan pemuda sebagai ujung tombak, bahkan menjadi martil yang memecah kebuntuan hingga dua orde itu tumbang. Semua ini telah membuktikan bahwa sejarah pergerakan Indonesia adalah sejarahnya para pemuda.

Namun diera sekarang ini, masihkah kita menjadikan kisah heroik pemuda itu sebagai cerita – cerita tentang romansa perjuangan pemuda semata, mengisahkannya seperti para pendongeng yang dengan antusias menceritakan kepada setiap adik – adik kita tak ubahnya seperti kisah – kisah dalam dongeng, sehingga yang terjadi kita hanya mewarisi sejarah romantisme perjuangannya saja, dan tidak mewarisi semangat perjuangannya. Hal inilah yang disebut oleh Bung Karno sebagai pewaris abu sejarah, bukan pewaris api sejarah. Pewaris abu sejarah karena yang kita ketahui hanyalah rentetan – rentetan peristiwa, dan para tokoh – tokoh pejuang sebagai sebuah hafalan semata, dan tidak mewarisi api semangat juangnya dan tidak mencari tahu mengapa dan untuk apa mereka berjuang. Dominannya sekarang justru banyak pemuda atau bahkan organisasi kepemudaan yang terjebak dalam romantisme perjuangan masa lalu, sehingga rasa cinta terhadap organisasi lebih besar dan mengalahkan rasa cinta mereka kepada rakyat yang merupakan basis perjuangannya. Sehingga kelompok – kelompok pemuda banyak terombang – ambing di atas poros perjuangannya yang tidak tentu arah, karena organisasi sebagai wadah perkumpulannya di intervensi oleh kelompok – kelompok yang berselingkuh dengan kapitalis birokrat. Ini terjadi karena kecintaan terhadap organisasi lebih tinggi daripada kecintaan terhadap rakyat sehingga melahirkan kader – kader pemuda yang bersifat opurtinis.

Sejarah pergerakan pemuda dimasa lalu haruslah dipelajari dan dijadikan sebagai pemantik semangat untuk terus berjuang. Mereka dulu berjuang karena mereka sadar akan arti penting perjuangan, dan kesadaran itu mereka temukan lewat proses belajar yang tekun, serta didasari oleh keikhlasan dan semangat juang yang sepenuh – penuhnya untuk kemerdekaan Indonesia. Inilah yang harus kita jadikan bekal diera seperti sekarang ini. Meskipun kita hidup diera globalisasi, namun api semagat juang pemuda masa lalu haruslah tetap terpatri dalam sanubari kita, agar kita mampuh menemukan dan menerawang permasalahan – permasalahan yang urgen dalam masyarakat serta mencari solusi kongkrit untuk menjawab setiap permasalahan tersebut.

Haruslah perjuangan akan cita – cita itu kita wujudkan lewat jalan revolusi, dan fungsi kita sebagai pemuda untuk belajar, berdiskusi, bersatu, berjuang untuk menemukan jalan menuju cita – cita itu tetaplah dijaga. Seperti kata Bung Karno ‘’ Berikan aku 10 orang pemuda, maka akan kuguncangkan dunia ’’ karena dengan pemuda semangat itu tetap ada, karena dengan pemuda api perjuangan itu tetap menyalah.

Majulah Pemuda…!!!
Lawan rezim yang menindas
Giring bangsa menuju keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia

Ditulis oleh : Bung Esa Hermansyah

Thursday, July 20, 2017

Trisakti Bung Karno



Oleh : Esa Hermansyah

Suatu Negara akan kuat apabila ia telah berdaulat, kaya dan maju bila ia bisa mandiri, dihormati dan diakui dunia jika ia memiliki kepribadian kebudayaan yang terpatri di setiap lini kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kita semakin di hadapkan pada situasi yang dilematis, cukup kronis, dimana kita melihat sepak terjang Indonesia semakin termarjinalkan dalam perpolitikan internasional, dan makin terseok dalam persaingan ekonomi dunia. Belum lagi kebudayaan tradisional kita yang kian hari terkikis oleh dominasi budaya westernisasi, sehingga kita bangsa Indonesia yang dulunya dikenal dengan semangat gotong royong kini cenderung hedonis, individualis, opurtunis, serta intoleranisme yang menjangkiti kondisi kebangsaan kita. Dan inilah bentuk gambaran kapitalis, di mana dominasi uang dan dan modal merontokkan nilai-ila persaudaraan sesama bangsa Indonesia. Tentunya hal ini terjadi karena semakin jauhnya Indonesia dari cita – cita perjuangan, baik yang termaktub dalam Undang – undang Dasar 1945 ataupun yang tertuang dalam Pancasila. Belum lagi kemerosotan moral yang hampir meliputi segala aspek manusia Indonesia yang mengisi tiap lini di negara ini. Hasilnya jembatan emas kemerdekaan sejati semakin jauh dari gapaian kita.

Apakah ini kutukan? Atau karena Indonesia telah kehilangan jati diri, hingga hari ini tetap menjadi bagian dari negara dunia ketiga. yang masi terus meraba-raba masa depan, dan tetap mengekor dan menjadi kacung negara-negara predator. Apakah bangsa Indonesia telah buta, kehilangan jalan, ataukah lupa daratan ? Untuk menjawab semua persoalan di atas yang sampai hari ini masih menjadi bahan diskusi yang tak kunjung usai, menjadi topik yang tak habis untuk di kaji, ada baiknya kita kembali membaca sejarah sebab founding fathers kita selalu mengatakan jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Jauh sebelum bangsa Indonesia mengenal teknologi, mengecap dan tenggelam dalam arus pasar bebas, Bung Karno telah membekali bangsa Indonesia dengan tiga kata kunci agar negara ini nantinya bisa maju, tidak terlunta, dan tidak bermental pengemis, apa itu? Trisakti.

Trisakti Bung Karno ini mengandung tiga ajaran yang dapat menjadi jalan menuju masyarakat madani seperti yang diharapkan.
1). Berdaulat di bidang poitik.
Kedaulatan dalam berpolitik adalah sebuah keharusan bagi Indonesia jika ingin terbebas dari segala bentuk imperialisme modern, karena dengan kedaulatan politik Indonesia dapat memilih dan menentukan apa yang baik bagi bangsa dan negaranya, sehingga tidak bisa lagi di intervensi dan di intruksi untuk tunduk pada kemauan negara asing yang hanya mendatangkan kerugian dan mudarat bagi Indonesia itu sendiri. Hal ini perlu didukung oleh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, tanpa melihat agama, suku, ras, dan kebudayaannya. Sebaba bangsa kita memang terkenal dengan semangat gotong royongnya serta semboyan negara yang mengandung makna filosofi yaitu Bhineka Tunggal Ika.
2). Berdikari di bidang ekonomi.
Berdiri di atas kaki sendiri berarti kita tidak lagi bergantung pada negara lain dalam memenuhi kebutuhan bangsa dan negara. Mandiri adalah sebuah keharusan untuk Indonesia sebab, hampir semua sektor perekonomian di negara kita di kuasai oleh asing. Contohnya di bidang sumber daya minyak dan gas alam. Pertamina sebagai institusi pelat merah hanya menguasai sekitar 16 persen ladang migas nasional. Sisanya dikuasai Chevron (AS) 44 persen, Total E&P (Perancis) 10 persen, Conoco Phillips (AS) 8 persen, dan National Offshore Oil Corporation (China) sebesar 5 persen. Sementara di sektor pertanian, Indonesia masih belum bisa mewujudkan kedaulatan pangan untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup manusianya. Meskipun mengaku sebagai negara yang agraris, Indonesia masih bergantung pada negara lain dalam hal impor bahan pangan. Bukti sampai saat ini kita masih bergantung 100 persen kepada impor gandum, 78 persen impor kedelai, 72 persen impor susu, 54 persen impor gula, 18 persen impor daging sapi, dan 95 persen impor bawang putih. Sebagian besar bahan pangan itu diimpor dari negara-negara maju seperti AS, China, Arab Saudi, dan Australia. Untuk bisa berdikari di bidang ekonomi, harus ada konsistensi pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan agar para petani bisa sejahtera. Dan supaya para produsen tahu, tempe, susu, dan lain sebagainya tidak repot lagi dan kelimpungan saat harga bahan impor melonjak. Sektor kelautan tidak setra merta pula di abaikan. Karena dunia mengakui Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, oleh sebab itu perlu di usahakan agar Indonesia dapat menjadi negara pelopor dalam hal ekspor ikan dan garam. Kemandirian ekonomi itu akan membawa Indonesia pada era keemasannya. Apalagi menurut banyak pakar ekonomi dunia, Indonesia berpotensi menjadi raksasa ekonomi dunia karena jumlah penduduknya yang padat. Tentu hal itu yang kini tercermin dari china dan india yang saat ini telah menjadi raksasa baru dalam perekonomian dunia. Tinggal bagaimana kreatif dan inovatifnya pemerintah Indonesia memanfaatkan segala aspek di bidang ekonomi, terutama di industry ekonomi kreatif yang kurang mendapat perhatian terutama sekali di lokalitas daerah kita di Provinsi Sulbar, terkhusus di Kabupaten Mamuju ini yang merupakan ibu kota Provinsi Sulbar itu sendiri. Harapannya semoga kemandirian ekonomi itu betul-betul di wujudkan agar tidak hanya menjadi wacana yang utopia semata. Dan semua ini adalah tanggung jawab dari pemerintah untuk mewujudkan itu.
3). Berkepribadian di bidang kebudayaan.
Kebudayaan adalah identitas suatu bangsa dan negara, darinyalah orang melihat dan mengingat suatu negara dengan kebudayaannya. Seperti jepang dengan tradisi semangat samurai, china dengan tradisi berniaga sejak dulu, india dengan budaya taria-tarian untuk mengekspresikan suasan hatinya. Lalu ketika melihat kedalam Indonesia, tradisi dan budaya apa yang bisa kita ambil, mengingat kita adalah bangsa yang majemuk, beragam suku bangsa, agama dan adat istiadat. Apa yang harus kita ambil dan tunjukkan agar dunia tahu kalau kita adalah Indonesia, semua itu jawabannya adalah persatuan dan kesatuan yang kuat. Kita adalah bangsa yang majemuk, namun tetap mampuh bertahan sampai hari ini dengan sistem demokrasi. Meski demokrasi itu sendiri belum berjalan seperti yang diharapkan, karena golongan elitis dan para pemilik modal justru lebih mendominasi arah kebijakan itu ketimbang rakyat yang merupakan suatu unit yang lebih punya hak atas demokrasi itu sendiri. Semoga sampai nanti kita tetap utuh sebagai sebuah bangsa dan negara, dengan tetap memelihara kebudayaan tradisional agar tidak luntur, di tengah arus modernisasi gaya barat yang banyak di adopsi oleh generasi mudah saat ini. Sangat bagus jika kita para generasi mudah berpikir dengan skala internasional, tetapi tindakan serta perilaku harus tetap tercermin dari kebudayaan, dan kearifan lokal, itulah hakekat berkepribadian di bidang kebudayaan kata Bung Karno.
Lalu pertanyaan yang muncul, apakah masih relevan menerapkan Trisakti Bung Karno di zaman seperti sekarang ini? Saya menjawab sangat-sangat relevan. Karena dengan Konsep Kemandirianlah kita dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh sebab itu Ke Bhinekaan harus kita pupuk agar tetap tumbuh bersemi dan terangkai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semangat gotong royong harus menjadi Ruh bagi bangsa Indonesia dalam berjuang membangun serta mewujudkan cita-citanya. Dan Trisakti adalah kunci bagi kita semua untuk dapat melihat Indonesia di era keemasannya yang gilang gemilang dan untuk membuka gerbang dan menjadi jalan menuju sebuah tatanan hidup yang sering disebut Soekarno sebagai dunia baru tanpa penindasan manusia atas manusia, dan penindasan bangsa atas bangsa.(*)


Wednesday, July 19, 2017

Prasyarat Marhaenisme


Apa yang memungkinkan sama-sekali lahirnya marhaenisme? Pertanyaan ini penting untuk diajukan, karena menyangkut ihwal terdasar dari marhaenisme. Suatu ihwal yang tanpanya, marhaenisme tidak akan ada. Suatu ihwal yang menjadi prasyarat adanya marhaenisme. Dalam kata lain, pertanyaan ini akan membawa diskursus pada perbincangan ontologi marhaenisme.

Apakah Budi Nurani?

Selama ini, diakui atau tidak, penjelasan tentang marhaenisme dimulai dengan ‘budi nurani rakyat’. Dalam penjelasan yang demikian, budi nurani sepertinya memiliki posisi signifikan dalam marhaenisme. Bahkan, boleh dikatakan, budi nuranilah ihwal terdasar dari marhaenisme, sehingga tanpanya marhaenisme tidak akan ada.
Namun, bisakah ‘budi nurani rakyat’ itu muncul tanpa sesuatu apapun yang melatar-belakanginya? Setiap manusia bisa saja dikatakan memiliki budi nurani, namun untuk mengemuka budi nurani itu sendiri membutuhkan satu faktor tertentu. Misalkan, semua orang memiliki kesadaran untuk tidak mau ditindas, tapi kesadaran untuk menentang penindasan itu sendiri baru akan muncul seiring dengan kenyataan objektif ketertindasan itu sendiri ada.

Lagipula, apakah cukup dengan hanya budi nurani seorang Soekarno memahami realitas Hindia-Belanda, untuk kemudian menemukan realitas pemiskinan dan membikin marhaenisme? Seorang ustadz pun memiliki budi nurani dan menyadari budi nurani yang dimiliki rakyat, tapi mengapa rumusan sang ustadz soal kemiskinan berbeda dengan Soekarno? Ketika Soekarno mengatakan bahwa kemiskinan diakibatkan oleh feodalisme dan kapitalisme, sang ustadz beranggapan kemiskinan diakibatkan oleh akhlak yang buruk dari para orang kafir Belanda.
Dengan demikian, sangat jelas ‘budi nurani rakyat’ tidak bisa dijadikan jawaban atas pertanyaan di muka. Membutuhkan suatu penjelasan yang panjang bahkan, untuk menjelaskan mengapa seseorang memiliki budi nurani dan bagaimana budi nurani tersebut mengemuka. Banyak realitas lain yang turut membentuk budi nurani seseorang. Itulah sebabnya, meskipun sama-sama mempunyai budi nurani, hasil pandangan seseorang terhadap suatu hal belum tentu sama. Singkatnya, meskipun Soekarno memiliki budi nurani dan mampu merasakan budi nurani rakyat, tidak menjamin lahirnya marhaenisme.

Soekarno?

Sekarang mari beranjak pada jawaban lain yang mungkin juga akan mengemuka. Setelah menyadari bahwa marhaenisme tidak didasarkan oleh budi nurani, seorang marhaenis kecye akan mengganti jawaban pertanyaan di atas dengan: Soekarno. Dia akan berkata: ‘jelas bung, Soekarno kan yang bikin marhaenisme, berarti tanpa Soekarno marhaenisme tidak akan ada’. Baiklah, pernyataan tadi memang tidak bisa dibantah. Akan tetapi, bukan berarti tidak bisa dipertanyakan lebih jauh: bisakah Soekarno membikin marhaenisme jika pada waktu itu tidak ada penjajahan di Indonesia?

Semua tahu, Soekarno yang merumuskan marhaenisme, tetapi ia tidak akan bisa melakukan itu tanpa mengetahui sama-sekali di Hindia-Belanda terjadi suatu penindasan. Soekarno tidak akan pernah merumuskan marhaenisme, seandainya ia tidak merasakan ada yang salah. Ia pun tidak akan mengetahi ada yang salah, jika sebelumnya ia tidak pernah belajar dan membaca. Meskipun demikian, belajar dan membaca saja tidak akan membuat ia menemukan marhaenisme. Apa yang mau dilakukan dengan belajar dan membaca seandainya tanpa apapun yang terjadi di Indonesia?
‘Oh iya ya…??’ demikian si marhaenis kecye sembari menyalakan rokok dengan terburu-buru dan menghisapnya dalam-dalam, bagaikan dunia ini begitu menyiksa. Kemudian,dengan sigap ia melanjutkan dan bertanya…

Lantas Apa?

Jawaban atas pertanyaan di muka tidak lain dan tidak bukan adalah marhaen. ‘Mengapa marhaen, bung?’ si marhaenis kecye sigap bertanya. Bagaimana bisa tanpa adanya marhaen, marhaenisme ada? Soekarno merumuskan marhaenisme setelah menemukan realitas marhaen di Indonesia. Sehingga, keberadaan marhaen adalah prasyarat bagi adanya marhaenisme
‘Sebentar bung, sebentar…lah, Marhaen itu sendiri belum jelas kok ada atau tidaknya. Ada yang bilang sih, kalau Marhaen itu cuma

rekayasa Soekarno, padahal mah enggak ada yang namanya Marhaen…’ marhaenis kecye menyanggah dengan begitu bersemangat seolah-olah dia menemukan jurus paling ampuh untuk membunuh lawan. ‘Marhaen’ yang dimaksud di sini bukanlah sekedar Marhaen seorang petani yang ditemui Soekarno di Bandung. Melainkan marhaen sebagai penanda realitas pemiskinan di Indonesia.
Membaca Soekarno memang harus hati-hati, bahkan jika perlu waspada, soalnya salah-salah yang dipahami justru sangat sempit bahkan kabur. Soekarno memang terlihat suka menyimbolkan realitas dengan sosok manusia. Inilah yang dapat dilihat dari Marhaen ataupun Sarinah. Keduanya digambarkan sebagai person yang kemudian diperluas menjadi suatu penanda realitas yang lebih luas. Marhaen yang awalnya digambarkan sebagai nama seorang petani diluaskan menjadi penanda untuk semua yang dimiskinkan oleh sistem. Sarinah yang diceritakan nama dari Ibu Pengasuh Soekarno diperluas menjadi penanda realitas ketertindasan perempuan.

Namun, bukan berarti dengan ini perbincangan tentang marhaen telah selesai. Marhaen adalah yang dimiskinkan oleh sistem. Hal ini mempertegas bahwa ada suatu kenyataan yang mengakibatkan adanya pemiskinan. Kenyataan itu yang dilihat Soekarno, dipelajari, dipahami, dibedah, dibongkar dan ditarik simpulan-simpulan persoalannya. Dengan begitu,Soekarno kemudian menemukan adanyamarhaen diakibatkah oleh feodalisme dan kapitalisme.

Sehingga, menjadi jelas bahwa realitas ketertindasan yang kemudian dikemukakan dibalik term marhaen itulah prasyarat marhaenisme. Olehkarena itu, pembicaraan terhadap realitas penindasan menjadi sangat penting dalam marhaenisme. Sebabnya, agar dapat diketahui bagaimana marhaen saat ini dan bagaimana penindasannya, serta tentu saja, siapa dan seperti apa yang menindasnya.
‘Oh begitu…paham…paham’ si marhaenis kecye ngangguk-ngangguk. Akhir kata, perbincangan tentang situasi yang dihadapi saat ini jelaslah lebih penting ketimbang memikirkan konflik di GMNI, peta politik GMNI, apalagi pesanan alumni.***

Mastono
Wakabid Kaderisasi DPC GMNI Yogyakarta
Pengasuh Rubrik Diskursus Senthir Media

Semangat Heroisme Pahlawan Super


Oleh : Esa Hermansyah

Superhero adalah sosok pahlawan yang digambarkan sebagai musuh dari kejahatan. Superhero memiliki etos kerja sebagai Pelindung, Pengayom, dan penyelamat bagi setiap orang, kelompok, maupun kaum yang dikriminalisasi, tanpa peduli apa latar belakang dari yang diayominya tersebut. Selama orang, kelompok, ataupun kaum tersebut dalam bahaya oleh karena kejahatan yang men-teror dan menindas, maka selama itu pula sosok Superhero akan selalu menjadi pahlawan yang membela mereka yang ditindas dengan cara menghantam kejahatan itu sampai ia hancur dan lebur kedalam tanah.

Sebuah Film haruslah menjadi media pembelajaran untuk meningkatkan wawasan sekaligus penyadaran kepekaan terhadap situasi sosial. Tak terkecuali film yang bertema Superhero yang memang langsung mengambil tema tentang Keadilan. Yang tentunya haruslah menjadi bahan kajian yang diselaraskan dengan situasi sosial yang kekinian. Hal ini tentulah tidak boleh dikesampingkan oleh hanya menilai kualitas film yang Ok ! baik itu film Superhero milik Marvel Comic maupun DC Comic yang tentunya juga menggelontorkan dana yang tidak sedikit demi sebuah hasil yang spektakuler, baik itu efect, alur cerita, aktor yang mumpuni, bahkan ending sebuah film yang membuat orang jatuh cinta ketika menontonnya. Tak terkecuali film Batman Vs Superman : Dawn Of Justice arahan sutradara Zack Snyder yang mempunyai alur cerita yang menarik untuk kita diskusikan.


Kekhawatiran Batman akan Dominasi Superman.

Dalam film diceritakan Bruce Wayne (Batman) mulai khawatir degan kepopuleran Superman sebagai satu-satunya Superhero yang paling diandalkan masyarakat dunia saat itu. Ia mencemaskan jika nantinya Superman menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk bertindak sewenah – wenah oleh karena kekuatan yang dimilikinya layaknya seorang Dewa dan tak ada manusia Bumi yang akan sanggup mengalahkannya. Oleh sebab itu Bruce Wayne (Batman) merasa perlu untuk menyingkirkan Superman yang memang merupakan bukan mahluk Bumi, dan keberadaannya dibumi telah membuat manusia hina karena tunduk pada makhluk asing (Alien) asal Planet Krypton tersebut. Meski Batman menyadari bahwa dia tidak akan mudah mengalahkan Superman, bahkan Superman sesungguhnya bukan musuhnya tetapi oleh karena keegoisan Batman sehingga ia berniat untuk menyingkirkan Superman dari muka bumi.


Superman Dipaksa Tunduk Kepada Hukum.

Superman atau yang bernama Kal El atau nama Buminya adalah Klark Kent adalah seorang pemuda yang berprofesi sebagai jurnalis pada majalah Dayli Planet. Film tersebut juga menceritakan bahwa Superman dipaksa tunduk pada Otoritas Hukum Gedung Putih. Meskipun Superman sejatinya adalah pahlawan yang rela bahkan ikhlas melindungi umat manusia dari kejahatan. Namun masyarakat dunia menginginkan ada aturan Hukum yang mengikat sosok Superman. Bahkan tidak sedikit manusia menginginkan agar Superman di hapuskan dari muka Bumi oleh karena insiden Gedung Putih yang menewaskan banyak orang dan menjadikan Superman Kambing Hitamnya.


Politik Adu Domba Lex Luthor.

Lex Luthor adalah musuh dari kedua Superhero dalam film itu. Meskipun ia bukanlah manusia yang memiliki kekuatan super, tetapi kelicikannya mampuh memburamkan mata Batman dan Superman sehingga mereka lupa akan cita – cita perjuangan mereka, demi sebuah pertarungan yang menentukan siapa yang paling kuat. Apakah Superman yang merupakan Alien, atauah Batman si manusia biasa yang hanya mengadalkan senjata – senjata yang berteknologi canggih. Pada akhirnya pertarungan mereka hanyalah sebatas pertarungan demi kepentingan pribadi dan bukan kepentingan golongan yakni golongan orang – orang yang ditindas oleh kejahatan. Batman melawan Superman untuk membuktikan bahwa manusia tidak akan kalah dan tunduk pada mahluk asing yang hanya menjadi penumpang di planetnya. Sementara Superman terpaksa harus melawan Batman karena Ibunya (Martha) disekap oleh anggota Lex Luthor dan mengancam akan membunuhnya jika Superman tidak membunuh Batman. Meski pada akhirnya dua Tokoh Superhero ini berdamai dan menyadari tipu daya Lex Luthor. Dan merekapun bergabung dengan tambahan sosok Wonderwoman untuk melawan mahluk krypton yang dibangkitkan Lex Luthor untuk melawan mereka. Meski akhirnya mereka menang dan Superman gugur sebagai konsekuensi dari sebuah perjuangannya untuk umat manusia.


Menyelaraskan Dengan Kondisi Dikehidupan Nyata.

Dua Tokoh Superhero diatas adalah sebuah gambaran kelompok yang memperjuangkan hak kaum yang ditindas didunia nyata. Mereka diadu tidak lain untuk melemahkan barisan kekuatan yang merupakan potensi daripada lahirnya gerakan yang Revolusioner. Dengan segalah hal yang berbau ras, agama, suku dan budaya sengaja di lebarkan dan digembbar – gemborkan untuk kemudian memecahkan gerakan yang sejatinya perjuangannya adalah membebaskan kaum tertindas. Lex Luthor (Tokoh Antagonis) tidak ubahnya seperti Kapitalisme didunia nyata, akar dari segalah kekacauan dimuka bumi. Namun kelicikannya ia mengadu domba dua pahlawan super dengan alasan ego pribadi, perselisihan hanya untuk sebuah citra diri individu masing – masing. Begitupun seharusnya kelompok Revolusioner seperti Kaum Islamis, Kaum Marxis, Maupun Kaum Nasionalis Progresif, haruslah belajar kepada Batman dan Superman yang akhirnya mau menyadari hakikat perjuangan Pahlawan Super. Bahwa tidak ada yang membedakan mereka (Kelompok yang memperjuangkan hak kaum lemah) dalam praktik perjuangan karena muaranya sama Yakni Kesetaraan, dan Musuhnya Juga Sama yakni Kapitalisme, Bapak Kandung dari Borjuis yang rakus dan menyengsarakan kaum miskin.

Pada akhirnya ketika kelompok – kelompok itu telah menyadari pentingnya persatuan maka akan lahirlah gerakan Revolusioner Yang Terorganisir yang mengalahkan kapitalis, kaum reaksioner dan para opurtunis.(*)

MAY DAY : Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Buruh


Hari ini tepatnya Tanggal 1 Mey 2017 adalah Hari Buruh Internasional. Jutaan Buruh diseluruh dunia turun dalam aksi yang sangat bersejarah ini. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Buruh adalah tenaga penggerak ekonomi dunia. Tanpa adanya buruh segalah apa yang kita miliki saat ini tidak bisa kita nikmati, segala apa yang menjadi fasilitas yang kita gunakan selama ini tidak akan ada tanpa menggunakan tenaga buruh. Maka dari itu kita selaku penikmat segala apa yang telah dihasilkan dari tenga para buruh haruslah kita balas dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum buruh dengan kampanye dan dukungan atas pemenuhan hak – hak kaum buruh serta menentang kriminaslisasi buruh dan tindakan pendiskreditan buruh.

Buruh selaku tenaga produktif dalam kerja – kerja produksi telah membawa peradaban manusia maju seperti sekarang. Dari era Komunal Primitif hingga sampai tahap era Kapitalisme seperti sekarang. Dimana peradaban yang maju tidak lepas daripada kontibusi nyata para kaum buruh sebagai tenaga produktif penggerak ekonomi dunia, seperti sebuah mesin yang membuat roda – roda ekonomi itu terus berjalan dan berkembang sperti sekarang. Namun hal yang sangat disayangkan seiring dengan perkembangan zaman yang tidak lepas dari kontribusi kaum buruh, itu tidak diikuti dengan peningkatan taraf hidup kaum buruh selaku pelaku kerja produksi. Buruh tetap diperas tenaganya dari pagi hingga malam dengan upah yang justru berbanding jauh dengan jam kerja dan jumlah barang dari hasil pekerjaannya. Tetap saja buruh diikat dengan peraturan – peraturan seperti Upah Murah, Outsourching, dan Jaminan sosial yang tidak beraturan.

Mengutip salah satu sumber dari http://nasional.kompas.com bahwa tepat hari ini Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) melakukan aksi serentak dengan tiga tuntutan utamanya yakni : 1. Hapus Outsourcing dan sistem magang. 2. Jaminas sosial digratiskan dan disetarakan antara pegawai swasta, dan pegawai negeri. 3. Tolak upah murah. Semoga apa yang menjadi isu daripada tuntutan nasional ini bisa didengar dan dan direalisasikan oleh pemerintah baik dipusat maupun daerah lainnya Indonesia.


Jayalah Kaum Buruh… !!!


Dikutip dari berbagai sumber dan Dinarasikan oleh : Esa Hermansyah

MANIFESTO GERAKAN PEMUDA MENUJU MAMUJU YANG BERKEMAJUAN



Pandangan Dan Sikap GMNI Cabang Mamuju Terhadap Dunia Kepemudaan Dalam lingkup Masyarakat Mamuju Yang Malaqbi

Pemuda dan fungsinya sebagai Ujung Tombak Revolusi ‘’ Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tapi satu orang pemuda dapat mengubah segalanya ‘’ ( Soekarno )

Hei Pemuda ! Sadarkah bahwa kalian adalah tulang punggung revolusi. Sadarkah kalian bahwa kalianlah agen perubahan. Sadarkah bahwa kalian sesungguhnya adalah agen control sosial yang memang harus menjadi pelopor perjuangan, menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan hak – hak kaum yang tertindas ?.

Tak dapat dinafikkan bahwa Sejarah dunia tidak bisa dipisahkan dari sejarah ketertindasan, antara kelas penindas, dan kelas yang ditindas. Pemuda ( Mahasiswa ) yang tidak terikat oleh dua kelas tersebut harus mengambil sikap sebagai pelopor untuk memperjuangkan hak – hak kaum yang tertindas. Bahkan kalian yang saat ini berprofesi sebagai Mahasiswa, orientasi yang hakiki dari kalian bukan hanya untuk mengejar gelar, dan pekerjaan untuk kepentigan individumu saja, sampai kau lupa bahwa fungsimu sesungguhnya menjadi pencerah bagi kaum yang kesuraman, menjadi penyelamat bagi kaum yang di tindas, dan menjadi penyambung lidah rakyat.

Kalimat diatas sangat relevan untuk menggambarkan mental belajar mahasiswa hari ini. Ingin cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan menjadikan kita lupa bahwa esensi pendidikan adalah untuk kemajuan umat manusia. Hal tersebut secara tidak langsung bukan bermaksud untuk menyudutkan mahasiswa sebagai subjeknya karena kondisilah yang berbuat demikian. Artinya memahami masalah dalam masyarakat jangan sepotong-sepotong, namun harus memahaminya secara keseluruhan hingga akar persoalannya.

Baru masuk kuliah saja calon mahasiswa sudah dihadapkan oleh ratusan pesaing untuk masuk di universitas sesuai dengan jurusan yang diinginkannya, tidak sedikit mahasiswa yang salah jurusan karena sistem persaingan seperti ini, ditambah lagi dengan mahalnya biaya kuliah. Setelah masuk perkuliahan mahasiswa dicekoki oleh doktrin untung ruginya para dosen dan menekan mahasiswanya untuk lulus dengan cepat agar mendapatkan pekerjaan, serta berlomba-lomba mendapatkan IPK tertinggi. Alhasil setelah lulus IPK yang tinggi tadi tidak berguna dalam menghadapi realitas keseharian dan masalah yang ada dalam masyarakat, namun kembali berlomba-lomba dengan jutaan sarjana lainnya untuk menggantungkan nasibnya pada institusi-institus kapitalis besar termasuk negara yang notabane hanya untuk menambah provit kaum kapitalis.

Model pendidikan diatas inilah yang disebut Paulo Freire seorang pendidik dari Brazilia sebagai pendidikan “gaya bank”, disebut pendidikan gaya bank sebab dalam proses belajar mengajar dosen tidak memberikan pengertian sejati terhadap ilmu pengetahuan, tetapi memindahkan sejumlah dalil atau rumusan kepada para mahasiswa untuk disimpan diotaknya yang kemudian akan dikeluarkan kembali dalam bentuk yang sama oleh mahasiswa. Dosen bertindak sebagai penabung yang menabung informasi sementara mahasiswa dijejali informasi untuk disimpan. Mahasiswa tak lebih hanya sebuah objek dan bukan subjek, menjadikannya miskin daya cipta. Model pendidikan seperti ini justru memperpanjang relasi penindasan. Sebab setelah lulus, mahasiswa akan memiliki mental untuk menjadi penindas baru dan kembali melegitimasi kesenjangan.

Maka dari itu pemuda ( Mahasiswa ) harus memahami sesungguhnya esensi dari pendidikan itu sendiri. Yakni memanusiakan manusia. Dalam artian segalah penindasan terhadap manusia yang menjadikan manusia seolah tidak mempunyai nilai karena hanya digunakan tenagahnya untuk kepentingan segelintir orang, diperas tenagahnya untuk menabah profit untuk kepentingan individu, bahkan hak – hak yang dilegitimasi oleh kaum – kaum borjuis, serta tindakan diskriminasi yang dialami oleh manusia – manusia dalam kungkungan Kapitalisme harus menjadi objek daripada perjuangan kaum muda. Apalagi mahasiswa yang merupakan kaum intelektual, tentunya menjadi ujung tombak untuk menjawab masalah di masyarakat dan memecah kebuntuan yang selama ini menyengsarakan rakyat dengan solusi kongkrit serta aksi nyata yang lahir dari pemikiran dan gagasan dari Mahasiswa itu sendiri. Agar motto dari pendidikan yakni Memanusiakan Manusia dapat terwujud sebab ilmu yang dimiliki kaum muda itu diejawantahkan dalam aktivitas kepemudaan. Apalagi geliat pemuda yang masih berkobar – kobar menjadikan pemuda sebagai pelopor daripada perjuangan.

A. GMNI Sebagai Organisasi Kemahasiswaan Yang Anti Penindasan
’Lenyapkan steriliteit dalam gerakan mahasiswa, nyalakan terus obor kesetiaan terhadap kaum marhaen, agar semangat Marhaenisme bernyala – nyala murni, dan agar yang tidak murni terbakar mati’’. (Pidato Bung Karno 1959)

Sebagai organisasi Kemahasiswaan. GMNI menitik beratkan perjuangannya terhadap basis rakyat yang ditindas oleh system ( Kapitalisme .) Dalam hal ini disebut sebagai kaum Marhaen. Kaum Marhaen ialah orang – orang yang tertindas oleh system Kapitalisme. Diantaranya adalah Buruh, Tani, Masyarakat Miskin Kota, Pegawai sekecil – kecilnya yang secara langsung menjadi korban daripada Kapitalisme. Selama system ini tidak ditumbangkan, maka ia akan memperpanjang relasi perbudakan, memperpanjang sejarah penindasan, dan menjadikan dunia tidak tenteram lagi oleh karena eksploitasi alam yang berlebihan, barang – barang yang diproduksi melampaui kebutuhan yang sesungguhya dari manusia sebab kapitalisme dalam hal produksi yang hanya mencari keuntungan.

DPC GMNI Cabang Mamuju melihat problema terkait realitas yang telah digambarkan diatas, terkait dunia kepemudaan, yang juga kini telah merambah lokalitas daerah kita terkhusus di Kabupaten Mamuju. Kita lihat bahwa kegiatan kepemudaan orientasinya bukan lagi untuk pengembangan pemuda, melainkan kegiatan – kegiatan kepemudaan yang diselenggarakan hanya bersifat seremonial. Ini dibuktikan tidak adanya output yang nyata dari hasil kegiatan – kegiatan kepemudaan. Tetap saja pemuda – pemuda dilokalitas kita Bersifat Apatis, Hedonis, dan Pragmatis, ditambah lagi semangat Nasionalisme yang kurang tentunya akan menjadi sasaran empuk dari budaya barat untuk merangkul dan menggaet pemuda – pemudi kita untuk terjebak dalam budaya yang konsumtif, oleh karena miskin imajinasi, kurang kreatif, dan kurang inovatif. Tentunya ini tidak bisa dinafikkan itu tergantung dari tiap – tiap individu seseorang. Tapi bukankah sifat seseorang dan perilakunya itu tercermin dari lingkungannya, jika lingkungan yang tempat tumbuhnya selama ini diajarkan dan dibiasakan untuk memiliki budaya kreatif, inovatif tentunya hal ini akan dapat terwujud. Namun realitas kehidupan pemuda di daerah kita cenderung bertolak belakang dari apa yang sebenarnya kita harapkan. Seharusnya element –element seperti Pemerintah, Kampus, Sekolah, Organisasi Kepemudaan menjadi penyokong pengembangan kreativitas pemuda, serta mampuh menciptakan lingkungan yang berbudaya belajar dan tidak perlu lagi ada apologi bahwa budaya daerah lain beda dengan budaya didaerah kita. Sebab semua harus dmulai dari hal – hal terkecil. Selain dunia kepemudaan DPC GMNI Mamuju menyindir pemerintah baik Provinsi, maupun Daerah yang selama ini tidak mampu menyelesaikan persoalan – persoalan yang sangat urgent. Permasalahan – permasalah itu DPC GMNI Mamuju tuangkan dalam Sembilan point penting. Baik itu persoalan kepemudaan, maupun persoalan Pendidikan dan persoalan Sosial yang perlu untuk diperhatikan kemudian diwujudkan untuk menuju Mamuju Yang Berkemajuan.

9 ( Sembilan ) Solusi GMNI Cabang Mamuju

1. Meningkatkan saranah penunjang kegiatan pemuda
Pemuda yang hebat adalah pemuda yang sibuk dalam aktivitas yang positif. Dalam artian aktivitas pemuda yang posotif itu adalah kegiatan pemuda yang meliputi bidang – bidang seperti Olahraga, Seni, Pendidikan, kebudayaan. Semua itu perlu sarana penunjang. Sebab dalam aktivitas pemuda membutuhkan saranah sebagai tempat meluapkan Kreatifitas dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

2. Pemerintah harus mendukung Kegiatan Pemuda
Jangan ada lagi diskriminasi terhadap kelompok – kelompok pemuda dari elit pemerintah oleh karena perbedaan pandangan politik. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan jangan lagi memilah – milah untuk mendukung dan membantu kegiatan – kegiatan kepemudaan.

3. KNPI Sebagai sentral organisasi kepemudaan harus mempunyai Sekretariat/ Kantor yang sifatnya permanen
Tidak dapat dipungkiri semua organsiasi butuh tempat berkumpul untuk menyusun program – program kerjanya dan juga sebagai tempat untuk aktivitas – aktivitas kepemudaan.

4. Membangun Semangat Nasionalisme di Kalangan Pemuda
Nasionalisme adalah fondamen dalam berbangsa dan bernegara, sebab dengan rasa Nasionalisme kita bisa mencintai bangsa kita, Negara kita dengan seutuhnya. Serta siap dan rela berkorban jika nanti ada pihak – pihak yang menginginkan perpecahan atau kehancuran Negara kita ( Dis integrasi ).

Oleh karena rasa nasionalisme itu kita sandarka pada rasa saling menyayangi sesama manusia tanpa membedakan ras, suku, dan agama. Selain itu Nasionalisme itu diwujudkan dalam bentuk menolak segala bentuk penindasan baik itu penindasan manusia atas manusia, maupun penindasan bangsa atas bangsa. Selain empat poin diatas yang solusi pengebangan kepemudaan di Mamuju, kami juga mengusulkan poin sebagai rekomendasi kami kepada pemerintah diantaranya.

1. Menjalankan sebagai mana mestinya Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 rasio antara guru dan siswa yang disesuaikan baik di kota , maupun di desa.

2. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit haruslah mengutamakan jiwa tanpa harus mempersoalkan masalah masalah seperti administrasi yang tentunya akan mempersulit pasien.

3. Segerah membuat rumah yang merawat orang – orang yang keterbelakangan mental, yang makin hari bertambah jumlanya. Selain alasan kemanusiaan juga sebagai solusi untuk mengurangi keresahan masyarakat. (Diperdakan)

4. Undang – undang keterbukaan informasi publik. Agar transparansi anggaran dan program kerja disetiap instansi pemerintah agar dapat diketahui oleh publik.

5. Menjaga dan melestarikan Tanah Adat, sebagai cagar budaya, dan warisan leluhur yang harus kita pelihara (Diperdakan) Itulah sekian pandangan dan sikap DPC GMNI Mamuju terkait dunia kepemudaan yang ada lokalitas daerah.

Lebih dan kurangnya itu tidak lepas dari dari esensi kita sebagai manusia ( Mahluk yang tidak sempurnah ) oleh Karena itu dibutuhkan komunikasi intens dikalangan pemuda, sebab dengan berdiskusi kita bisa saling bertukar informasi, saling berbagi pengetahuan, serta bergotong royong mewujudkan kesejahteraan sosial. Serta menyatukan pikiran, gagasan, tekad, menuju Indonesia Yang Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan.

Hidup Rakyat…!!!
Hidup Pemuda…!!!
Merdeka…!!!